Obat Darah Tinggi
Obat Darah Tinggi-Penyakit tekanan darah tinggi disebabkan oleh perpaduan sebagian elemen, adalah umur tua, elemen keturunan, dan gaya hidup kurang sehat, seperti terlalu banyak mengkonsumsi garam, kurang olahraga, kerap kali stres, atau mengisap rokok. Kecuali itu, keadaan atau penyakit tertentu, seperti obesitas, diabetes, kolesterol tinggi, sampai gangguan hormon, juga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi. Guna mengobati hipertensi dan menjaga tekanan darah konsisten stabil, dokter akan memberi masukan pasien untuk melaksanakan koreksi gaya hidup, seperti:
- Menjaga pola makan sehat dengan mengurangi asupan garam
- Memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
- Memperbanyak kegiatan fisik dan rutin berolahraga.
- Menurunkan berat badan seandainya mengalami obesitas dan menjaga berat badan tetap ideal.
- Mengurangi meminum minuman berkafein, seperti kopi, teh, atau minuman bersoda.
- Stop mengisap rokok.
- Mengurangi konsumsi alkohol.
- Mengurangi stres dengan melaksanakan relaksasi.
- Tidur yang cukup.
Tetapi sekiranya koreksi gaya hidup tak sukses menurunkan tekanan darah, dokter akan meresepkan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Selama mengkonsumsi obat, pasien tentunya wajib konsisten menggunakan pola hidup yang sehat.
Obat-obatan tekanan darah tinggi ini cukup bermacam-macam dan terbagi dalam sebagian ragam, adalah:
1. Angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor)
ACE inhibitor berprofesi dengan metode menghalangi produksi hormon angiotensin, yaitu hormon yang bisa menyempitkan pembuluh darah. Dengan obat ini, otot dinding pembuluh darah akan menjadi rileks, sehingga tekanan pada pembuluh darah berkurang.
ACE inhibitor biasanya diberikan pada pasien berusia di atas 65 tahun atau pasien hipertensi yang memiliki situasi medis lain, seperti penyakit jantung, gagal jantung, kelainan ginjal, dan diabetes.
Figur obat ACE inhibitor yang acap kali kali diaplikasikan yaitu captopril, enalapril, lisinopril, perindopril, dan ramipril. Efek samping dari obat ACE inhibitor yaitu batuk kering, sakit kepala, pusing, hiperkalemia, dan ruam kulit.
Obat tekanan darah tinggi yang satu ini juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kelainan atau cacat pada bayi dalam kandungan seandainya dikonsumsi oleh ibu hamil.
2. Angiotensin II receptor blocker (ARB)
ARB mempunyai efek yang hampir sama dengan ACE inhibitor, tapi metode kerja kedua kategori obat ini berbeda. ARB menghambat kerja hormon angiotensin yang menyempitkan pembuluh darah, sehingga pembuluh darah dapat diperlebar supaya peredaran darah berjalan lancar sekalian menurunkan tekanan darah.
Lazimnya dokter akan meresepkan obat ini terhadap pasien yang tak sesuai dengan obat hipertensi kategori ACE inhibitor. Model obat ARB yakni candesartan, irbesartan, losartan, valsartan, dan olmesartan.
Obat tekanan darah tinggi kategori ARB mempunyai sebagian efek samping, seperti pusing, sakit kepala, dan peningkatan risiko kematian bayi dalam kandungan di dalam kandungan.
3. Beta blockers
Beta blockers berprofesi dengan metode menghalangi efek hormon epinefrin atau adrenalin, adalah hormon yang berperan dalam meningkatkan aliran dan tekanan darah. Sebab efek hal yang demikian, obat kategori beta blockers bisa membikin jantung berdetak lebih lambat dan tekanan darah menurun.
Kecuali untuk menurunkan tekanan darah, obat kategori ini juga bisa dipakai untuk mengobati kelainan ritme jantung (aritmia), gagal jantung, penyakit jantung, dan hipertiroidisme.
Model obat beta blockers atau penghalang beta yakni atenolol, bisoprolol, dan metoprolol. Efek samping yang kerap kali dialami sesudah mengkonsumsi obat ini yakni pusing, sakit kepala, mual, kelelahan, sulit tidur, serta sesak nafas.
Oleh sebab itu, pemakaian obat beta blockers mungkin perlu dihindari oleh penderita hipertensi yang mempunyai asma.
4. Calcium channel blocker (CCB)
Kalsium yakni mineral yang mempunyai peran untuk meningkatkan tenaga otot jantung dan pembuluh darah. CCB berprofesi dengan metode menghalangi jalan masuk kalsium ke dalam otot jantung dan dinding pembuluh darah, sehingga membikin sel-sel jantung dan pembuluh darah otot mengendur dan rileks. Efek ini membikin tekanan darah menurun.
Obat ini umumnya diberi beriringan dengan beta blockers. Model obat CCB yakni amlodipine, nicardipine, diltiazem, verapamil, dan nifedipine.
Sama seperti ragam obat tekanan darah tinggi lainnya, CCB juga memunculkan efek samping. Sebagian efek samping yang bisa timbul pengaruh pemakaian CCB yakni sakit kepala, kaki yang membengkak, dada berdegub, dan ambeien.
5. Diuretik
Diuretik berprofesi dengan metode buang kelebihan air dan natrium dalam tubuh, sehingga jumlah cairan dan garam yang mengalir dalam pembuluh darah menurun. Efek ini bisa memunculkan penurunan tekanan darah.
Model obat diuretik yakni furosemide, torsemide, spironolactone, dan hydrochlorothiazide. Obat diuretik bisa memunculkan efek samping berupa pusing, kerap kali merasa haus, lebih kerap kali membuang air kecil, kram otot, dehidrasi, ruam kulit, dan munculnya gejala asam urat.
6. Nitrat
Nitrat berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jantung meningkat dan jantung tak memompa darah lebih kuat. Lazimnya, dokter baru akan meresepkan obat ini saat obat beta blockers dan CCB tak berprofesi dengan tepat sasaran atau pada pasien hipertensi yang mengalami serangan jantung.
Variasi obat-obatan nitrat yakni isosorbide dinitrate, isosorbide mononitrate, dan glyceryl trinitrate. Obat tekanan darah tinggi kategori nitrat ini bisa memunculkan efek samping berupa pusing, wajah kemerahan, mual, hipotensi, dan rasa tak nyaman di mulut.
7. Alpha blockers
Obat tekanan darah tinggi ini berprofesi dengan metode menghalangi kerja hormon norepinefrin yang bisa menyempitkan aliran darah dan membikin otot mengalami kontraksi. Obat kategori alpha blockers bisa membikin otot pembuluh darah menjadi rileks, sehingga tekanan darah menurun.
Obat-obatan kategori alpha blockers biasanya bukan ialah opsi obat tekanan darah tinggi yang utama. Obat ini umumnya diberi pada pasien hipertensi yang juga mempunyai keadaan medis lain, seperti pembesaran prostat jinak (BPH) dan penyakit arteri perifer.
Model obat yang termasuk dalam kategori alpha blockers yakni terazosin, prazosin, dan tamsulosin. Efek samping obat kategori alpha blockers yakni pusing dan hipotensi ortostatik, adalah penurunan tekanan darah ketika posisi tubuh berubah.
Pemilihan ragam dan dosis obat tekanan darah tinggi perlu disesuaikan dengan keadaan masing-masing penderita. Itulah sebabnya, penderita hipertensi perlu berkonsultasi dengan dokter terutamanya dulu guna memutuskan ragam obat darah tinggi mana yang sesuai dan aman dipakai layak dengan kondisinya.
Kecuali itu, penderita hipertensi juga direkomendasikan untuk memeriksakan tekanan darah secara rutin di rumah dengan tensimeter dan rutin kontrol ke dokter untuk memantau efektivitas pengobatan dalam memegang tekanan darah.
Komentar